Naya… (It’s Me…)

Naya… (It’s Me…)

Author       : Shin Zia

Title            : Naya… Sequel Nugu

Genre         : Thriller… mungkin

Cast            :

–         Kim Himchan (B.A.P)

–         Park Jiyeon (T-Ara)

–         Other Cast

***

Annyeong….

Aku datang lagi readersdeul.. Ini nich lanjutan nugu..

Yasud yasud.. ga usah banyak babibu. Selamat membaca! Jangan lupa tinggalkan komentar dan mohon jangan dibash yah!

Mian, typonya masih banyak…

***

Wae? Apa aku salah jika aku ingin bersamamu? Bahkan semua orang yang berada didekatku selalu menghalangiku hanya untuk bertemu denganmu.

Jangan salahkan aku jika aku harus menyingkirkan kalian. Semua karena kalian sendirilah yang tak pernah membiarkan aku untuk sekedar bertemu dengannya.

Dan kini setelah aku bersamamu, apa kau juga mau meninggalkanku? Haruskah aku melepaskanmu setelah aku melakukan semuanya hanya untuk bersamamu?

***

‘Eugh…!’

Soo ro masih terus mengerang ketakutan begitu melihat himchan dan jiyeon yang kini sedang berjalan kearahnya.

Tit.. Tit.. Tit..

Alat pendeteksi jantung berbunyi semakin cepat. Menandakan jantung namja paruh baya itu berdetak semakin cepat pula.

‘Eugh..!’ kini soo ro meronta dan seolah siap beranjak dari tempatnya terbaring dan bersembunyi saking takutnya.

‘Oppa!’ pekik jiyeon yang terlihat ketakutan dengan sikap soo ro.

Spontan himchan mendekap gadis itu dan segera membawanya keluar dari ruangan dimana soo ro terbaring. Saat itu, keadaan soo ro kembali memburuk.

Para dokter dan juga suster segera berdatangan dan langsung memeriksa soo ro.

Jiyeon masih terus terlihat ketakutan dalam dekapan himchan. Dia memeluk erat tubuh himchan dengan pandangan yang tidak fokus. Persis seperti ketika dia menemukan mayat kim ahjumma beberapa minggu yang lalu.

‘Jiyeon-a! Gwaenchanna! Eo?’ ujar himchan yang mencoba menenangkan jiyeon yang benar-benar terlihat ketakutan. Tubuhnya gemetar, membuat himchan semakin khawatir.

Nam gyeongchal yang sedari tadi menjaga, terus menatap jiyeon dan himchan penuh kecurigaan. Sikap yang ditunjukan soo ro begitu melihat keduanya, membuatnya merasa kalau salah satu dari mereka atau mungkin keduanya ada hubungannya dengan kasus pembunuhan berantai ini.

1 jam berlalu. Jiyeon masih duduk dikoridor rumah sakit dengan wajah pucat. Himchan, namja manis itu pun masih terus berada disampingnya.

‘Cheogiyo!’ ujar nam gyeongchal menghampiri himchan dan jiyeon.

‘Ne!’

‘Apa anda keluarga dari….’

‘Aku keponakannya!’ potong himchan mengerti arah pertanyaan nam gyeongchal. ‘Dia…’ himchan kemudian kearah jiyeon yang menjadi pusat perhatian nam gyeongchal.

‘Saksi pertama yang melihat kedua mayat itu bukan?’ tanya nam gyeongchal.

Jiyeon mendongak dan menatap nam gyeongchal sekilas. Menganggukan kepalanya, kemudian kembali tertunduk.

Himchan mendesah begitu melihat ekspresi wajah jiyeon yang kembali terlihat ketakutan itu. ‘Mianhaeyo gyeogchalnim, sepertinya aku harus…’

‘Oppa!’ potong jiyeon. Gadis itu kini menggenggam tangan himchan.

Dingin. Tangan kecil jiyeon terasa dingin ditangan himchan. Juga gemetar dan berkeringat.

‘Kalau kim ahjussi tidak mengatakan siapa pembunuhnya bagaimana?’ tanya jiyeon lirih. Tatapannya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Membuat siapa pun yang melihat akan ikut merasakannya.

‘Kalau pembunuh itu datang lagi bagaimana?’ tanya jiyeon lagi. ‘Kalau kali ini dia datang untuk membunuhku bagaimana?’

Jiyeon terlihat semakin kacau. Dan beberapa saat setelah itu, dia mendekap himchan erat.

‘OPPA!’ pekiknya yang kini malah terlihat ketakutan saat matanya berpapasan dengan tatapan nam gyeongchal.

‘Aaarrrggghhh!’ teriak jiyeon yang kemudian membuat tubuhnya terkulai tak sadarkan diri.

***

Himchan masih duduk ditepi ranjang  dimana jiyeon terbaring. Gadis itu kembali mengalami trauma. Kejadian yang dialaminya membuatnya semakin ketakutan.

HImchan menggenggam tangan jiyeon erat. Wajahnya menunjukan ekspresi khawatir yang sangat. Dokter sudah memberikan obat penenang pada gadis jiyeon. Hingga gadis itu kini tertidur pulas.

‘Eomma, eotilka?’ tanya seorang gadis kecil sembari mengikuti langkah ibunya yang terlihat begitu tergesa-gesa.

‘Eomma! Kajikayo!’ teriak gadis itu lagi mulai berlari mencoba mengimbangi langkah ibunya.

‘Tunggu disini saja jiyeon-a!’ ujar sang ibu yang kemudian berbalik dan membelai lembut kepala gadis kecil yang bernama jiyeon itu. ‘Eomma hanya akan menjemput oppamu ditebing!’ lanjut ibunya.

Hari sudah mulai senja kala itu. Langit sore yang begitu cerah membuat jiyeon kecil masih terus berada diluar rumah.

Jiyeon mengangguk dan membiarkan ibunya pergi. Tapi baru beberapa langkah ibunya meninggalkannya, diam-diam gadis itu kembali mengikuti langkah ibunya. Namun karena kakinya yang kecil, dia tertinggal cukup jauh.

Jiyeon tampak ketakutan karena ibunya sudah tak terlihat. Dia mempercepat langkahnya hingga akhirnya dia melihat ibunya sedang berdiri tak jauh dari tebing.

‘Eomma!’ lirih jiyeon begitu senang karena akhirnya dia bisa menemukan ibunya. Tapi kemudian langkah jiyeon kecil terhenti.

‘Jungsoo-ya!’

‘Kenapa kau merebut abeoji dari eommaku?’ teriak jungsoo pada hyejin, ibu tirinya. Anak berusia 16 tahun itu terlihat begitu marah dan benci pada ibu tirinya itu.

Jungsoo kini sudah berdiri ditepi tebing dan sepertinya sudah siap untuk melompat dari sana.

‘Jungsoo-ya! Keureojima! Eo? Illiwa! Disana berbahaya!’ panggil hyejin sembari mencoba meraih tangan jungsoo dan menariknya dari tepi tebing.

‘Wae? Bukankah kau akan lebih senang jika aku juga mati seperti eommaku? Eo?’ tanya jungsoo lagi yang sepertinya benar-benar membenci ibu tirinya itu.

‘Jungsoo-ya!’ sekali lagi hyejin memanggil jungsoo dan berjalan mendekat kearahnya. Dari kejauhan, jiyeon hanya bisa melihat eomma dan juga oppanya yang terlihat sedang beradu mulut itu dengan wajah ketakutan.

Entah apa lagi yang dibicarakan jungsoo dan hyejin, hingga akhirnya hyejin sudah berdiri sejajar dengan jungsoo ditepi tebing.

‘Uri jibe kaja!’ ajak hyejin yang kini sudah menggenggam lengan jungsoo. Tapi…

‘Shirreo,’ tolak jungsoo sembari mengibaskan tangannya hingga genggaman tangan hyejin lepas dari lengannya.

‘Aku hanya akan pulang sendiri!’ lanjutnya yang kemudian dengan sengaja mendorong hyejin, hingga…

‘Aaaaahhhhhh….!!!!’

‘EOMMA….!!!!’

Teriak jiyeon yang kemudian terbangun dari mimpinya. ‘Eomma! Eomma!’

‘Jiyeon-a!’ himchan yang terkaget karena teriakan jiyeon, langsung memeluk erat tubuh jiyeon.

‘Eomma! Hiks.. Eomma!’ isak jiyeon dalam dekapan himchan.

‘Ssssshhhhh…. Gwaenchanna! Gwaenchanna!’ himchan kembali mencoba menenangkan jiyeon yang terlihat semakin kacau. Ditepuknya beberapa kali punggung gadis itu.

Gadis itu kembali menangis dan terus memanggil eommanya. Hingga 2 jam kemudian dia tenang dan hanya duduk dan menatap kosong kedepan.

Sepi. Himchan hanya bisa menatap jiyeon. Dia tidak tahu kalau trauma yang pernah dialami jiyeon ketika ibunya meninggal dulu, membuat gadis itu kembali seperti ini.

‘Apa kau juga akan meninggalkanku seperti eomma?’ tanya jiyeon yang masih menatap kosong kearah depan.

‘Apa kau juga akan meninggalkan aku seperti eomma meninggalkanku?’ tanya jiyeon lagi.

‘An-ka!’ jawab himchan. ‘An-kantago!’

Lagi. Himchan kembali menarik jiyeon dalam dekapannya. ‘Aku akan selalu disampingmu!’ lanjutnya membuat jiyeon perlahan menatap himchan dan kembai terisak.

‘kajima! Nan museowo! Neomu museowo!’

‘Gwaenchanna! Naega itjanha!’

Jiyeon kembali terlelap.

Himchan terdiam. Ketika tuan choi mati, himchan merasa senang karena dia akan bertemu kembali dengan jiyeon yang memang hanya bisa ditemuinya jika ada yang meninggal. Tapi dia tidak pernah tahu kalau kemudian keinginannya itu seolah membawa petaka bagi orang-orang disekeliling jiyeon.

‘Tuhan! Jika semua terjadi karena keinginanku yang ingin melihat jiyeon lebih sering dengan adanya kematian orang lain, maka maafkanlah aku!’ uja himchan dalam doanya.

Yah! Dia memang pernah berharap banyak orang yang mati agar dia bisa bertemu dengan jiyeon. Tapi, dia tidak menyangka kalau keinginannya itu akan membuat keadaan jadi seperti ini.

***

Himchan duduk disamping soo ro.

‘Samcheon! Seperti aku akan menikahi jiyeon!’ ujarnya ketika soo ro masih terlelap.

Himchan menarik nafas panjang. ‘Aku tak tahu alasan mengapa selama ini kau selalu melarangku untuk dekat dengan jiyeon! Tapi sepertinya aku akan melanggar laranganmu itu.’

‘Mianhae!’ sesalnya. ‘Tapi aku harus menjaganya agar dia tidak sendirian!’

***

Jiyeon kembali menjadi gadis pendiam dan penyendiri. Dia pun hanya menjawab semua pertanyaan himchan dengan gelengan dan anggukan kepalanya. Sama seperti saat dia menemukan mayat kim ahjumma.

Pagi itu, himchan sengaja membawa jiyeon ke kota. Niatnya untuk menikahi gadis itu, sudah bulat. Dia membawa jiyeon untuk memesan gaun pengantin.

Jiyeon hanya terdiam didepan butik gaun pengantin ketika himchan membawanya. Gadis itu menatap himchan bingung. Tapi itu membuat himchan sedikit senang. Setidaknya, bukan tatapan kosong yang dilontarkan gadis itu padanya.

‘Ayo masuk!’ ajak himchan menggamit lengan jiyeon dan menarik gadis itu masuk ke butik itu.

‘Oppa?’ jiyeon menghentikan langkahnya dan membuat himchan pun hanya menatapnya.

‘Wae?’ tanya himchan sembari tersenyum pada gadis yang sangat dicintainya itu.

‘Siapa yang mau menikah oppa?’ tanya jiyeon. Walau pun ekspresi wajah ketakutannya belum benar-benar hilang tapi kebingungan yang lebih kentara diwajah cantik itu.

Senyum himchan semakin lebar. Dia kemudian merangkul bahu jiyeon dan kembali menarik jiyeon masuk.

‘Oppa!’

Himchan tak menghiraukan gadis itu dan hanya membawanya masuk. Didalam, himchan yang sepertinya sudah memesan sebuah gaun langsung meminta jiyeon mencobanya.

‘Oppa!’

Kali ini jiyeon menahan langkahnya dan menatap himchan penuh tanya.

Hening. Himchan pun hanya diam menatap gadis itu. Menikmati kecantikan gadis yang sejak pertama membuat detak jantungnya bepacu lebih cepat.

‘Uri…’ himchan menggantung kata-katanya. Diraihnya tangan jiyeon dan digenggamnya erat.

‘Gyeoheonhaja!’ lanjutnya.

Deg!

Jiyeon membulatkan matanya. Ditatapnya himchan lekat. Kemudian gadis itu terkekeh. ‘Jangan bercanda oppa!’ ujarnya yang kemudian mengibaskan tangannya agar genggaman himchan terlepas.

Sayangnya, genggaman tangan himchan terlalu kuat hingga tak lepas dengan hanya kibasan ringan seperti yang jiyeon lakukan.

‘Jangnan aniya!’ (Ini bukan bercanda) kata himchan yang kini terlihat serius.

‘Opp…’

‘Saranghae!’ potong himchan mantap.

Degdeg! Degdeg!

Perlahan detakan jantung jiyeon semakin cepat. Ditatapnya himchan yang sedang menatapnya. Tatapan itu… tatapan meneduhkan yang selalu membuatnya merasa tenang itu…

Perlahan himchan menunduk dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah jiyeon.

Cup!

Dengan cepat himchan mengecup pipi jiyeon dan kemudian kembali menegakkan tubuhnya.

Wajah keduanya memerah bersamaan. Genggaman tangan himchan pun terlepas dan namja itu segera mengusap tengkuknya berulang-ulang, untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya.

Jiyeon pun sama. Gadis itu hanya tertunduk. Hingga himchan mendorong tubuhnya untuk mencoba gaun yang sudah dipesannya.

‘Ja! Cobalah!’ ujar himchan. Jiyeon menatap himchan sebelum masuk ruang ganti. Namja itu tersenyum dan menganggukan kepalanya hingga akhirnya jiyeon menghilang saat tirai ditutup.

15 menit berlalu, akhirnya tirai dibuka. Himchan hanya tertegun melihat jiyeon yang terlihat begitu menawan walau hanya memakai gaun sederhana pilihannya. Gadis itu terus menundukan kepalanya karena malu.

Perlahan himchan berjalan mendekat kearah jiyeon hingga akhirnya berhenti tepat dihadapan gadis itu.

‘Yeppo!’ lirihnya membuat jiyeon yang masih tertunduk mendongak dengan pipinya memerah.

‘Bisakah kau mengambil foto kami berdua?’ tanya himchan pada pelayan butik yang sedari tadi menemani mereka.

‘Ne, Sunnim!’

Pelayan itu meraih ponsel ditangan himchan. Setelah mengatur pose untuk himchan dan jiyeon, pelayan itu mengambil gambar keduanya sebanyak 3 kali.

***

Senyum masih terukir dibibir jiyeon sepulang dari kota mencoba gaun pengantin tadi. Himchan yang sesekali menatap gadis itu pun ikut tersenyum. Karena akhirnya jiyeon bisa melupakan ketakutannya yang selama hampir beberapa hari ini menyelimutinya.

‘Jiyeon-a! Aku mau mampir kerumah sakit untuk melihat samcheon! Apa kau…’

Kata-kata himchan terhenti ketika senyuman dibibir jiyeon sirna bersamaan dengan kalimat yang disampaikan himchan padanya.

‘Ah, mian!’ sambung himchan cepat. ‘Kita pulang saja! Biar nanti aku…’

‘Kau yakin mau menikah denganku oppa?’ potong jiyeon yang kini kembali menunjukan ekspresi dinginnya.

Himchan merutuki kebodohannya. Dia tahu, setiap kali mendengar rumah sakit atau soo ro samcheonnya, jiyeon pasti akan seperti ini.

‘Eo!’ jawab himchan mantap.

‘Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya oppa! Apa kau yakin?’ tanya jiyeon yang kini menatap himchan dengan tatapan seriusnya.

‘Eo!’ ulang himchan yang terlihat sudah bulat dengan keputusannya untuk menikahi jiyeon.

‘Apa kau sudah mengatakannya kepada kim ahjussi?’ tanya jiyeon terdengar ragu.

‘Hari ini!’ jawab himchan. ‘Aku akan mengatakannya hari ini!’

Hening. Tak ada lagi pembicaraan antara keduanya. Himchan mengantar jiyeon hingga sampai kerumahnya. Dan setelah itu, barulah dia kembali kerumah sakit, untuk menemui soo ro dan mengatakan tentang rencana pernikahannya dengan jiyeon yang akan dilangsungkan 3 hari lagi.

Nam gyeongchal sudah tak lagi menjaga soo ro dengan ketat. Dia hanya menunggu bersama dengan suster dan juga jang geomsa yang juga bertanggung jawab atas kasus pembunuhan itu.

Himchan masuk kedalam ruangan dimana soo ro masih terbaring. Saat itu, soo ro sedang tidak tidur. Hingga himchan bisa mengatakan apa yang ingin dikatakannya.

‘Samcheon! 3 hari lagi aku akan menikah dengan jiyeon!’ ujar himchan. Seketika itu detak jantung soo ro bertambah cepat. Terlihat dari alat pendeteksi jantung yang masih dipakainya.

Namja paruh baya itu menggeleng beberapa kali.

‘Mianhaeyo! Karena aku melanggar laranganmu untuk menjauhi gadis itu!’ lanjutnya. ‘Aku tak ingin dia sendiri. Setelah semua orang yang berada disekelilingnya mati karena pembunuh itu!’

Himchan tersenyum lembut pada soo ro dan menggenggam tangan namja itu.

‘Cepatlah bicara!’ pintanya. ‘Agar pelaku pembunuhan itu bisa segera tertangkap. Dan jiyeon tidak lagi ketakutan seperti sekarang!’

Soo ro masih terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Bibirnya terlihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi…

‘Maaf tuan, waktu berkunjung sudah habis!’ ujar suster yang datang memberitahu himchan bahwa waktunya sudah habis.

Himchan tersenyum dan mengangguk ke arah suster. Setelah suster itu keluar, himchan kembali mengalihkan pandangannya pada soo ro.

‘Samcheon! Mungkin sampai hari penikahanku nanti aku tidak bisa datang untuk menjengukmu! Mianhae! Tapi aku janji setelah upacara pernikahanku selesai, aku akan segera kemari bersama dengan istriku!’

‘Aku pergi!’ pamit himchan yang terlihat begitu senang dengan rencana pernikahannya.

Soo ro terus menatap himchan dengan bibirnya yang ingin mengatakan sesuatu. Sayangnya, tak ada sepatah katapun yang keluar dari sana. Perlahan airmata mulai menetes membasahi kedua pipinya.

‘Channie-ya! Hajima!’ ujar soo ro dalam hati. ‘Jiyeon-nika….’

***

Jiyeon terlihat duduk manis diteras rumah besarnya. Sesekali dia mendongak kearah gerbang, berharap mobil yang dikendarai himchan akan muncul membawa namja yang sudah melamarnya itu datang padanya.

Sebentar, melamar? Ani. Himchan bahkan belum melamar gadis itu. Namja itu hanya mengatakan kalau dia mencintainya dan mengjakanya menikah. Yah! Kalau itu bisa disebut dengan melamar, maka berarti, himchan memang sudah melamarnya.

10 menit menunggu, mobil yang dipakai himchan akhirnya datang. Jiyeon segera menegakkan tubuhnya dan berlari kecil menghampiri himchan yang baru saja turun dari mobilnya.

Himchan segera menceritakan tentang keadaan soo ro pada jiyeon. Gadis itu terlihat sedih setiap kali himchan mengatakan kalau soo ro masih tetap belum bisa bicara. Entah mengapa, tapi suaranya masih tak bisa didengarnya.

‘Keokjeongma!’ ujar himchan menarik tubuh jiyeon dan menyandarkan kepala gadis itu dibahunya. ‘Setelah kita menikah nanti, aku akan selalu menjagamu!’

Jiyeon hanya menganggukan kepalanya.

***

3 hari berlalu begitu cepat. Hari pernikahan antara jiyeon dan himchan pun akhirnya tiba. Dengan gaun putih sederhana yang sudah dipesan himchan, jiyeon terlihat begitu menawan. Jas hitam yang dipakai himchan pun membuat namja itu terlihat seperti seorang pangeran.

Dengan hanya dihadiri penduduk desa, di gereja yang tak terlalu besar, himchan dan jiyeon mengucap janji suci untuk saling mencintai hingga maut memisahkan mereka.

Tanpa pesta yang mewah, jiyeon dan himchan menjamu warga desa. Senyuman tak pernah lepas dari bibir keduanya. Nam gyengchal juga jang geomsa juga datang untuk merestui mereka.

Hingga sore menjelang, himchan dan jiyeon segera menuju kerumah sakit mengunjung soo ro seperti janji himchan sebelum pernikahan mereka.

‘Samcheon!’ himchan langsung duduk disamping himchan dan menggenggam tangan soo ro. Dia masih memakai jasnya. Dengan senyuman yang masih tak lepas dari bibirnya, dia menatap soo ro.

Soo ro hanya bisa menatap sedih kearah himchan. Sesekali dia menatap kearah jiyeon yang juga tersenyum manis padanya.

‘Channie-ya! Igeon andwae!’ itulah kata yang ingin diteriakan soo ro padanya. Sayangnya, sekuat apapun dia berusaha untuk bicara, tetap tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

***

Jiyen masih duduk sembari menatap foto jungsoo yang masih terpampang rapih dimeja riasnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi gadis itu menyimpulkan sebuah senyuman yang lebih terlihat seperti seringai kemenangan.

‘Jiyeon-a!’ panggil himchan yang baru saja keuar dari kamar mandi. Jiyeon yang sedari tadi masih bicara dengan foto jungsoo, langsung menoleh manatap namja yang sudah menjadi suaminya itu.

‘Mwohae?’ tanya himchan yang kemudian duduk disamping jiyeon dan menatap kearah foto jungsoo.

‘Kalau jungsoo oppa masih ada…’ jiyeon menganggantung kata-katanya. ‘Mungkin dia akan senang melihat pernikahan kita!’ lanjutnya terdengar sedih. Gadis itu menundukan kepalanya. Mencoba menyembunyikan kesedihannya.

‘Eiy! Jungsoo pasti sedang melihat kita dari atas sana!’ ujar himchan membelai kepala jiyeon. Dia beranjak meninggalkan jiyeon.

‘Ja! Sekarang tidurlah!’ perintah himchan sebelum dia melangkah meninggalkan kamar jiyeon. Himchan sengaja tidak tidur bersama jiyeon, karena sejak pertama, gadis itu tidak pernah mengatakan tentang perasaannya padanya. Hingga dia tidak ingin memaksa jika memang jiyeon belum bisa mencintainya. ‘Aku akan tidur dilu…’

‘Kajima!’ potong jiyeon yang kini sudah memeluk pinggang himchan dengan erat. ‘Kajima!’ ulangnya.

Himchan tersenyum. ‘Nan an-ka! Geunyang…’

‘Saranghae!’ potong jiyeon yang berhasil membuat detakan jantung himchan meningkat dan mungkin mencapau 140 detakan perdetiknya.

‘Saranghae, nae nampyeon!’ ulang jiyeon.

Tanpa banyak bicara, himchan segera menempelkan bibirnya dibibir jiyeon. Melumat lembut bibir atas dan bibir bawah jiyeon bergantian. Menyalurkan semua perasaan cinta yang selama ini dipendamnya.

Perlahan ciuman itu berubah menjadi ciuman yang lebih menuntut. Entah sejak kapan keduanya kini sudah berada diatas ranjang yang berukuran cukup besar itu.

‘Saranghae.. hhh… hhh..’ ujar himchan terengah setelah berperang lidah bersama jiyeon. Membuat semburat merah dipipi jiyeon.

Entah siapa yang memulai, tapi kini keduanya kembali menautkan bibir mereka. Perlahan satu persatu pakaian yang mereka kenakan mulai berjatuhan dilantai.

Suara decakan yang tercipta karena ciuman panas yang mereka lekukan pun berubah menjadi desahan dan erangan nikmat yang membawa mereka melayang. Menuju sebuah kenikmatan yang baru pertama kali dikecapnya.

***

Pagi menyapa. Sinar matahari mulai menyelusup melalui celah tirai yang menutupi jendela kamar jiyeon dan himchan.

Perlahan himchan membuka matanya. Setelah mengerjapkannya beberapa kali, untuk menyesuaikan cahaya yang masuk, dia langsung menatap jiyeon yang masih terlelap didadanya.

Perlahan tangannya terjulur merapihkan beberapa anak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik jiyeon. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas. Membentuk sebuah senyuman yang begitu menawan.

‘Eugh..’

Jiyeon terusik oleh sentuhan tangan himchan diwajahnya. ‘Kau sudah bangun oppa?’ tanyanya dengan suara parau dan mata yang masih tertutup. Membuat senyum himchan semakin lebar.

‘Joh-un achim-imnida!’ ujar himchan dengan bahasa formal pada jiyeon. Membuat jiyeon yang masih memejamkan matanya tersenyum dan mengeratkan dekapan pada pinggang himchan.

Kriiiiinnnggg…. Kriiiinnnngggg….

Baru saja himchan ingin membalas dekpan jiyeon, telpon dirumah besar itu berdering. Membuat jiyeon yang masih memejamkan matanya menggembungkan pipinya. Dan dengan enggan melepas dekapannya pada tubuh himchan.

Himchan meraih kaos dan celana pendeknya. Jiyeon yang masih berbaring akhirnya membuka matanya dan menatap kesal pada himchan.

Kriiinnngggg…. Kriiinnnggg….

Himchan menoleh kearah telpon berada. Diciumnya kening jiyeon sekilas, dan langsung berlari kearah telpon.

Dari kamar, jiyeon terus menatap himchan yang terlihat serius dengan telponnya. Hingga himchan menutupnya. Namja itu berlari kecil dan langsung duduk disamping jiyeon.

Jiyeon menatap himchan bingung. Ekspresi wajah himchan terlihat begitu senang. Dengan isyarat matanya, jiyeon bertanya pada himchan.

‘Samcheon, sudah bisa bicara!’ ujar himchan terlihat begitu senang.

‘Jinjja?’ tanya jiyeon terlihat sama senangnya dengan himchan. Dia menegakkan tubuhnya yang hanya ditutupi selimut.

‘Eum!’ angguk himchan.

Jiyeon langsung beranjak dan meraih piamanya. Membuat himchan bingung menatapnya.

‘Chagi-ya! Mau kemana?’

‘Ish! Rumah sakit oppa! Bukankah…’

Himchan terkekeh. Dia langsung menghampiri jiyeon dan memeluknya. ‘Gomawo!’ katanya.

***

Jiyeon dan himchan sampai dirumah sakit setelah senja. Ternyata masih banyak tamu yang berdatangan kerumah mereka untuk mengucapkan selamat atas penikahan mereka. Yang membuat mereka tertahan dan baru mengunjungi soo ro pada sore hari.

Sepertinya nam gyengchal dan jang geomsa sudah mengetahui kabar itu dari rumah sakit. Buktinya, mereka bahkan sudah berada diruangan soo ro sejak siang. Begitu yang himchan dengar dari suster dan dokter.

Setelah menemui soo ro, himchan keluar bersama dengan nam gyengchal dan jang geomsa. Meninggalkan jiyeon hanya berdua dengan soo ro.

Soo ro terus menatap tajam kearah jiyeon. Jiyeon pun hanya balas menatapnya.

‘Apa anda akan mengatakan kepada nam gyeongchal juga jang geonsa siapa pelaku pembunuhan malam itu?’ tanya jiyeon akhirnya membuka pembicaraan.

Sunyi. Tak ada jawaban dari soo ro. Dia masih saja terus menatap jiyeon.

‘Atau mungkin anda sudah mengatakannya?’ tanyanya lagi membuat tatapan soo ro semakin tajam.

Jiyeon tertawa tanpa suara. ‘Geurae! Katakan saja!’ ujarnya yang kini menapilkan smirknya.

‘Katakan jika pelaku pembunuhan itu adalah aku!’ lirih jiyeon tepat ditelinga soo ro.

Flashback

Malam kematian kim ahjumma…

Jiyeon tersenyum melihat kim ahjumma yang perlahan berjalan meninggalkan rumah besanya. Dengan hati-hati, dia mengikuti langkah kim ahjumma.

Jiyeon menjaga jarak cukup jauh dari kim ahjumma, agar yeoja paruh baya itutak mengetahui kalau diam mengikutinya. Sampai….

SRET!

‘Ah!’ jerit kim ahjumma ketika tiba-tiba kakinya menginjak tali dan kemudian tali itu mengikat kakinya dan menariknya hingga tergantung disebuah pohon besar.

‘Toajuseyo!’ (Tolong) teriak kim ahjumma yang panik.

‘Toajuseyo!’ ulangnya sembari menggoyangkan tubuhnya yang kini terikat terbalik. Jiyeon tersenyum begitu melihat mangsanya sudah masuk dalam perangkapnya.

Perlahan jiyeon melangkah mendekat kearah kim ahjumma yang terlihat panik. Membuat yeoja yang sudah bekerja dengan keluarganya selama lebih dari 20 tahun itu terlihat lega.

‘Ah, syukurlah!’ ujar kim ahjumma tenang. ‘Bisakah kau…’

Kim ahjumma terdiam ketika jiyeon mengeluarkan sebilah pisau dan siap menebas tali sebuah tali yang ternyata terhubung dengan tali yang mengikatnya.

‘Apa yang akan kau lakukan?’ tanya kim ahjumma panik. Kali ini kepanikannya melebihi tadi saat kakinya baru saja terikat.

Jiyeon menyeringai kearah kim ahjumma. Siapapun akan tahu apa yang akan terjadi jika tali itu diputus begitu saja. Kim ahjumma akan jatuh dengan kepala terlebih dahulu. Dan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter, maka yang akan terjadi pada kim ahjumma adalah…

‘Andwae! Andwae!’ teriak kim ahjumma histeris.

Seringai semakin terlihat jelas diwajah jiyeon.

‘Mianhaeyo!’ ujarnya pada kim ahjumma yang masih memohon.

SRET!

‘ANDW….’

BRUG!

Teriakan kim ahjumma terhenti tepat ketika kepalanya jatuh ketanah berbatu dan kemudian mengeluarkan banyak darah.

Melihat darah yang mengalir, jiyeon melangkah mendekat kearah kim ahjumma yang sepertinya masih bernafas.

‘Ni… niga…’ ucap kim ahjumma terbata.

‘Mianhaeyo!’ ulang jiyeon sembari mengambil sebuah batu dan siap memukulkannya ke kepala kim ahjumma yang sepertinya memang masih hidup.

‘Hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa melihatnya!’ lanjutnya sebelum akhirnya memukulkan batu yang berada ditangannya. Memastikan kematian yeoja paruh baya itu dengan tangannya sendiri.

Seringai kembali terukir dibibirnya. ‘Kita akan bertemu lagi besok!’

Krek!

‘Siapa disana?’ tanya jiyeon begitu mendengar suara ranting patah. Matanya menatap berkeliling mencari dimana sumber suara berasal.

‘Cepat keluar!’ kembali jiyeon memberi perintah agar kim ahjussi keluar.

Tak ada jawaban. Kim ahjussi masih terus bersembunyi dan berharap kalau pembunuh itu tidak menemukannya.

Hening. Tak ada lagi suara yang memanggil kim ahjussi. Membuat namja paruh baya itu merasa sedikit lega. Dia mencoba bangkit dan bersiap meninggalkan tempatnya bersembunyi. Tapi…

‘AAARRRGGGHHH…!!!’

Jiyeon tersenyum ketika darah segar mengalir membasahi tangannya yang berasa dari tubuh kim ahjussi.

Kim ahjussi hanya bisa membulatkan matanya dan menatap jiyeon yang masih menusukkan pisau tepat dihatinya. ‘A.. gas… ssi’

‘Mianhaeyo ahjussi!’ ujar jiyeon yang kemudian menarik pisau dari hati soo ro dan kemudian menusukkannya ditempat lain.

‘Aarrgghh…’ lirih. Suara yang keluar dari mulut soo ro kini terdengar lebih lirih dari yang pertama.

Brug!

Tubuh soo ro terjatuh ketanah. Jiyeon tersenyum licik. Dia kemudian berjongkok dan mendekatkan wajahnya kewajah soo ro.

‘Tadinya aku akan membiarkanmu hidup untuk 1 atau 2 bulan lagi!’ ujar jiyeon tanpa penyesalan. ‘Tapi kau membuatku tidak punya pilihan!’ lanjutnya yang kembali menusuk tubuh soo ro dengan pisau yang masih dipegangnya.

‘Hakk…’

Nafas soo ro tertahan. Ditatapnya wajah jiyeon dengan lekat.

Gadis itu siap beranjak meninggalkan tubuh soo ro, tapi kemudian dia kembali berjongkok.

‘Ah, sekarang aku bisa mendekatinya tanpa larangan darimu lagi… Samcheon!’

Flashback end

Soo ro hanya terus menatap tajam kearah jiyeon. Tak lama setelah itu, himchan masuk dan kemudian segera berpamitan pada soo ro.

Himchan bilang, jika nam gyeongchal akan mulai melakukan penyelidikan besok. Itu berarti, soo ro akan ditanyai oleh nam gyeongchal besok.

***

‘Chagiya! Sepertinya aku harus pergi ke kota sebentar! Apa tidak apa-apa?’ tanya himchan setelah mengantar jiyeon pulang.

Jiyeon tersenyum. ‘Gwaenchanna oppa!’ jawabnya.

‘Jinjja?’ tanya himchan khawatir.

‘Eo! Gwaenchanna!’ jawab jiyeon lagi meyakinkan himchan.

Himchan lalu mencium kening jiyeon. ‘Kau diam dirumah saja!’ perintahnya. ‘Aku akan pulang besok pagi!’ lanjutnya yang kemudian berlalu.

Sepeninggalan himchan, jiyeon segera masuk ke sebuah kamar yang selama ini selalu terkunci. Himchan bahkan menyangka kalau kamar itu adalah kamar ibu jiyeon.

Kamar itu terlihat gelap. Sangat gelap. Hingga saat lampu menyala, terlihatlah sebuah kamar yang didindingnya penuh dengan foto seorang namja. Kim himchan. Yah! Semua yang terpajang memenuhi setiap senti dinding kamar itu adalah foto kim himchan.

Jiyeon meraih sebuah kotak yang berisi beberapa ampul racun yang selama ini disimpannya.

‘Sepertinya belum saatnya aku berhenti membunuh!’ ujarnya sembari menatap sebuah foto yang terpajang disebuah papan.

Foto beberapa orang. Kim ahjumma, tuan choi, dan… jungsoo.

Jiyeon menatap penuh kebencian kearah foto jungsoo. ‘Aku hanya mengikuti apa yang kau ajarkan padaku oppa!’ ujarnya. ‘Menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku!’

‘Gomawo karena kau telah menyingkirkan eomma dan appa untukku!’ lanjutnya. ‘Kali ini.. aku harus menyingkirkan satu orang lagi! __ agar tak ada yang bisa mengusikku dengannya!’

Jiyeon melangkahkan kakinya menuju rumah sakit. Dengan taksi yang disewanya, jiyeon sampai dirumah sakit.

Dengan mengendap-endap gadis itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar soo ro. Setelah memastikan jika tak ada petugas polisi atau suster yang berjaga, dia masuk kedalam ruangan itu.

Jiyeon tersenyum melihat soo ro yang sepertinya sudah terlelap. Dikeluarkannya ampul dan sebuah jarum suntik yang sudah disiapkannya.

Krek!

Soo ro membuka matanya ketika jiyeon memegang pinggiran ranjangnya dan menimbulkan suara.

Jiyeon tersenyum. ‘Sepertinya aku akan melihat anda sekarat sebentar lagi!’ ujarnya seolah tidak takut jika soo ro berteriak.

Dan tanpa menunggu apapun, jiyeon langsung menyuntikan racun itu kedalam jarum infus soo ro. Dan….

***

Himchan pulang kerumah pagi sekali. Wajahnya dingin.

Jiyeon yang melihat suaminya pulang, segera melangkah menghampirinya.

‘Oppa!’ jiyeon menunjukan ekspresi sedihnya. ‘Kim ahjussi….’

‘Arra!’ potong himchan dingin. ‘Aku akan menggalikan sebuah kuburan untuknya!’ ujar himchan yang kemudian kembali meninggalkan jiyeon yang tampak bersedih.

Pemakaman hari itu begitu menyakitkan bagi himchan. Satu-satunya keluarganya kini sudah tidak ada lagi. Nam gyeongchal dan jang geomsa pun datang kepemakaman soo ro. Keduanya terlihat begitu kecewa dengan apa yag terjadi pada soo ro. Karena dengan meninggalnya soo ro, akan semakin sulit bagi mereka untuk membongkar kasus pembunuhan itu.

Himchan kembali kerumahnya. Tak ada senyuman yang terukir dibibirnya. Hanya wajah dingin dengan tatapan penuh kemarahan yang terpampang diwajahnya.

‘Oppa! Apa sekarang pembunuh itu akan mengejarku?’ tanya jiyeon berpura-pura ketakutan.

Himchan langsung menatap tajam kearah jiyeon.

‘Berhenti bicara tentang pembunuh itu!’ jawab himchan setengah berteriak. Hening. Ini pertama kalinya himchan bicara dengan nada tinggi pada jiyeon.

Lama keadaan menjadi sunyi. Sampai himchan mendesah dan berdiri membelakangi jiyeon.

‘Lebih baik kau segera menyerahkan dirimu jiyeon-a!’ ujar himchan, membuat jiyeon membulatkan matanya dan hanya diam mematung ditempatnya.

‘Oppa!’

‘Ta algoisseoseo!’ (aku sudah tahu semuanya) sambung himchan yang masih membelakangi jiyeon.

‘Ta!’ (Semua) himchan kembali menarik nafas panjang. ‘Kau yang melakukannya! ___ Adikku!’

TBC…

***

Segitu dulu yah readersdeul…

Mian kalau ceritanya tambah bikin bingung dan gaje…

Tinggal 1 part lagi dech selesai..

Annyeong…

29 respons untuk ‘Naya… (It’s Me…)

  1. Ternyata pembunuh itu jiyeon…sungguh tak diduga..daebak chinngu ud buat story yg kren ini…dan bagaimana himchan tau????

  2. Sumpah thor keren bgt, aku ga nyangka teRnyata jiyeon pembunuhnya, aku udah suudzon aja ama bang himchan , hihi, kelanjutan nya jgn lama2 ya chingu kekeke #maksa, kl di penjara nanti himchan gimana??? Itu kim ahjusi sblm dibunuh berarti udah cerita ke himchan apa gimana tuh thor, kok smpai bs tau kl jiyeon yg bunuh, jeball jgn lama2 ya thor

  3. ah ya ampun jiyeon pembunuhx,dan yg membunuh eommax jungsoo.trus a jiyi am himchan saudara,aduh sad jdx.tp cerutax amat galau n kereen

  4. Aku udah menebak2 diawal part, ini pelakunya kalo bukan Himchannie Oppa ya Jiyeonnie Eonnie. Soalnya, cuma mereka berdua yang mengarah kesana. Tapi, yang bikin penasaran ituuuuu, kenapa Oppa tau ya? Kalo eonnie pembunuhnya? Aaaaaaaaa makin penasaran >.<

  5. ya ampun kira in yg ngebunuh himchan -_- ehh… ternyata jiyeon nya sendiri -_- hlo himchan tau dari mana :/ wahh seru lanjut eonnie 😀

  6. Yesseu!!
    Perkiraanku tepat…dari FF nugu aku udah mengira pelakunya itu adalah jiyeon…
    di tunggu Part berikutnya thor ^^

  7. Ditunggu next chapernya,jadi Himcan oppa and Jiyeon kakak-adik. Tapi kan mereka kan saling mencintai? Kalau bisa happy ending yah author,tapi kalau harus sad ending juga gak apa-apa kok.

  8. waaa bener kecurigaanku ternyata pembunuhnya emang jiyi!! ckk ga nyangka dia psyco apa gmana tuh? dan jungsoo pun sblumnya yg bunuh eomma dan appanya..mrinding euy adek kakak sm2 kezam 😦 btw himchan tau dr mna klo jiyi pembunuhny?? duh ga siap bersedih ria liat dia dipenjara ato lbh parah nanti, kasian padahal jiyi bneran cinta sm himchan, bru nikah eh ud hrs berpisah T.T next ditunggu thor~ (walopun curiga bakaal sad/tragic ending) hwaaa molla yg jelas penasaran :’D

  9. Sungguh tk terduga,,
    Jiyi seorng pmbnh,,,
    Jjr ja q G̲̮̲̅͡å’ tega lw jiyi jd pmbnh, heheee scara q fan fanatik na ,,
    Tp acting jiyeon ϑi bgs bgt shgga bwt org2 sgt prcy pd na.
    Dy mlakukan tu psti ad alsn yg kuat,, G̲̮̲̅͡å’ mgkn hny iseng ja smpi mmbnh org,
    Hhmmm trnyta dy nikahi abg ndri, DEABAK , saluut hahaa,
    Pa pn yg trjd q tetap dukung jiyi,,
    Next thor, jgn lama

  10. Whoa,daebak
    Ga nyangka klo pembunuh itu trnyata jiyeon
    Soalnya dr awal diceritakan seolah2 HimChan..omooo!!
    Eoh? Kenapa bisa Himchan tau smua?
    Apakah sblum itu Sooro ªϑa͡ª ksh tau dy???
    Dan ap maksud dr “ADIKKU??”
    Penasaran,,

    Nexttt…

  11. ‘Channie-ya! Hajima!’ ujar soo ro dalam hati. ‘Jiyeon-nika….’

    wes dari situ aku langsung menebak2 jangan2 jiyeon pembunuhnya. ternyata bener.
    ih padahal dari awal udah himchan yang kujadiin tersangkanya.. ternyata.. authornya daebak deh pokoknya.. ditunggu kelanjutannya^^

  12. trnyata pmbunuh itu jiyeon…….himchan akhr x mngetahui smua x …tp knp stelah himchan mngetahui smua x di bilang adikku k jiyi???? apa himchan oppa x jiyi???

  13. kyaaaa >_< ternyata pembunuhnya jiyeon. tuh kan ane salah asbak -__-
    jiyeon dr awal pny perasaan yg sama kayak himchan. tapi dia menghalalkan segala cara untuk dapetin himchan, sedangkan himchan dia hny berharap yg konyol" #surem
    hah?? adikku? apa itu alasan knp soroo sllu ngelarang himchan deketin jiyeon? lho gak nyangka bgt kalau jiyeon beneran adik himchan, kenyataan pahit apa lagi ini?!
    daebak! daebak! daebak! 😀 ditunggu lanjutan ff ini secepatnya.

  14. Sbnernya dari awal bca chapter ini aq tau pasti bkal jiyeon yg jdi pmbnuhnya
    Pas part1 aq bner2 kira Himchan dalangnya
    Trnyata Jiyeon ya,,,,
    Mereka sodara 1 ibu? Ato 1 bpk? Jungsoo tega bgt bunuh ibunya jiyeon, trus bnuh bpk sndri pula
    Muka jiyeon & jungsoo penipu bgt
    Seru deh critanya, next dtunggu ya
    Bkin yg akhirnya ga bisa di tebak, pasti bkal seru ^^

  15. omoo! ga nyangka thor ternyata jiyeon x_x Himchan tau darimana ya? apa dia sempet liat kamar yang isinya foto itu? atau mungkin liat waktu jiyeon ngasih racun?
    Congratz deh buar author, berhasil bikin readers penasaran 😀 hahaha.. trs apa jg maksudnya himchan “Adikku”? uwaa, cepet thor lanjutnya

  16. hai author mian bru bisa komen di part ini heheeeeeee…
    dri part nugu aQ udh curiga jiyeon pmbunuh.a walaupun awal.a curiga ma himchan sih heheeeeee…
    skrang aQ ngerti knpa paman.a ngk stuju himchan jtuh cinta ma jiyeon krna mereka sodara…
    oc deh thor di tunggu part ending.a…
    hwaigthing ^_<

Tinggalkan Balasan ke kyeon Batalkan balasan